Matahari sudah mulai tinggi saat sekumpulan anak-anak muda Jakarta berduyun-duyun mendatangi sebuah pendopo di kawasan Duren Tiga. Ya, mereka adalah komunitas pecinta gamelan muda di Jakarta yang menamakan diri Samurti Andaru Laras yang memiliki arti Harmonisasi Cahaya Rembulan. Setiap Minggu pagi mereka rutin berlatih gamelan. Disaat anak muda lainnya mengidolakan musik-musik asing, mereka justru dengan bangga melestarikan warisan budaya bangsa.
Komunitas unik ini terbentuk dari berbagai latar belakang profesi dan suku. Mulai dari mahasiswa, bankir, akuntan, IT, tenaga pendidik, tenaga medis, pegawai pajak dan sebagainya. Memang mayoritas berasal dari suku Jawa, tapi ada juga yang berasal dari suku Sunda, Betawi, Minahasa dan sebagainya. Benang merahnya hanya satu, mereka menyukai gamelan Jawa dan itulah yang menyatukan komunitas ini.
Meskipun mereka bukan seniman murni tapi langkah mereka melestarikan budaya layak diapresisiasi. Tidak sekedar rutin berlatih tapi mereka juga sudah beberapa kali tampil dalam berbagai macam acara. Tampil atau tidak itu bukan prioritas utama, bagi mereka bermain gamelan adalah pengisi dahaga di tengah kesibukan.
Mendengarkan musik gamelan hidup merupakan oase yang sulit ditemukan di tengah ibukota, apalagi yang memainkannya adalah anak-anak muda dengan semangat yang luar biasa. Saya pribadi sudah setahun lebih bergabung dengan komunitas ini. Memang inilah yang menjadi salah satu passion saya yaitu bermain gamelan. Harmonisasi nada-nada gamelan mencerminkan ketenangan dan kelembutan. Gamelan mengajarkan saya kesabaran dan kebersamaan, gamelan bukan musik individual yang bisa ditampilkan sendiri.
Dengan mengadopsi falsafah Jawa guyub rukun, mereka menanamkan nilai-nilai pentingnya menghormati anggotanya yang berlainan agama dan etnis. Tidak ada benturan dalam perbedaan, yang penting adalah kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya leluhur. Come for the food, stay for the music. Tanpa perlu diminta, seringkali anggota komunitas ini membawa makanan ringan saat berlatih guna merekatkan rasa kebersamaan. Rasa kebersamaan tidak hanya soal makanan, bahkan saat akan tampil mereka dengan sukarela merogoh kocek pribadi hingga jutaan rupiah terkumpul dalam satu hari saja. Suatu kekompakkan yang patut diacungi jempol.
Terakhir, tulisan ini saya dedikasikan untuk teman-teman di komunitas Samurti Andaru Laras. Kebersamaan dan kekompakkan harus tetap dijaga karena kalian adalah oase bagi mereka yang haus akan dahaga budaya. Salam hangat. 🙂
3 comments
Tempat Kopdar KUBBU yang pertama. Sempat dengar pas lagi latihan. Syahdu!
Ini ada sanggar tarinya juga nggak, Mas Achi?
Siap, Mas Achi! Pengen belajar tari deh. Kalo tari tiap hari apa, Mas?
Nice! I love gamelan..