Mengenal Seluk Beluk Open Finance #FinantierForBetterFuture dan Manfaatnya untuk Semua Stakeholder

0 Shares
0
0
0

Kamu seorang pemilik bisnis, konsumen yang sering melakukan transaksi digital, atau kamu seorang insan perbankan yang sering menggunakan data keuangan untuk melakukan analisis dan credit scoring untuk nasabahmu? Sudah mengenal konsep Open Finance yang dikembangkan Finantier yang mengusung tagar #FinantierForBetterFuture? Kalau belum, simak ulasan berikut ini.

Finantier

“Mas, kok pengajuan kreditku ke Bank xxx tiba-tiba ditolak tanpa alasan, ya? Padahal data yang diminta sama account officernya sudah lengkap, lho. Kenapa ya, Mas, kira-kira?”

Begitu keluhan yang keluar dari mulut seorang nasabah saat saya masih bekerja di sebuah bank swasta. Dari keluhannya, saya mencoba membantu untuk menganalisis. Data-data yang diberikan ke saya, secara administrasi memang lengkap. Akhirnya, saya coba pinjam KTP-nya dan saya bantu tracking melalui Sistem Informasi Debitur atau BI Checking (istilah yang saat itu lazim dipakai perbankan).

Dari data yang saya peroleh melalui BI Checking, saya tau nasabah tadi memiliki beberapa histori kredit ke beberapa bank yang berbeda. Rata-rata lancar dalam membayar angsuran kredit meski tidak tepat waktu. Namun, ada dua data yang saya lihat memiliki tunggakan dan berstatus macet hingga berbulan-bulan. Dua-duanya berasal dari tagihan kartu kredit bank xxx dengan saldo tunggakan yang lumayan besar.

Akhirnya saya sampaikan ke nasabah tadi, bisa jadi penyebab ditolaknya pengajuan kredit ke bank xxx karena dia memiliki histori tunggakan/kedit macet di bank xxx. Saya sampaikan juga, sebaiknya dia segera menghubungi bank penerbit kartu kredit tersebut dan mengurus pelunasan tunggakan agar credit scoring-nya menjadi baik.

Baca juga: Ceritakan Pengalaman Terbaikmu dalam Pengelolaan Data Keuangan Melalui Lomba Blog #FinantierForBetterFuturehttps

Mengenal Pengelolaan Data Keuangan Nasabah yang Dikelola OJK

Dua belas tahun bekerja di dunia perbankan, dan pernah ditempatkan di bagian pelaporan kredit selama kurang lebih empat tahun, sedikit banyak saya paham bagaimana dunia perbankan saling bersinergi dalam melaporkan kredit nasabahnya secara terpusat ke Bank Indonesia (saat itu). Pada akhirnya, Sistem Informasi Debitur (SID atau BI Checking) tersebut selanjutnya dikelola oleh ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berganti nama menjadi Sistem Layanan Informasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (SLIK OJK) atau Informasi Debitur (Ideb).

Setiap nasabah yang mengajukan kredit ke sebuah bank/lembaga keuangan memiliki single identity yang disebut dengan Debitur Information Number (DIN). DIN tersebut secara otomatis didaftarkan oleh bank ke BI (atau OJK saat ini) sewaktu pertama kali nasabah menerima kredit/pembiayaan. Setiap bulan, bank secara rutin melaporkan perkembangan kredit yang diberikan ke nasabah. Dengan single identity tersebut, meskipun nasabah A mengajukan kredit ke beberapa bank yang berbeda, data kredit tersebut akan terintegrasi menjadi satu laporan di OJK.

Jadi, misalkan nasabah bank A mengajukan kredit ke bank B, bank B akan tau histori kredit nasabah tersebut di bank lain. Dalam penilaian pengajuan kredit, ada lima kategori untuk mengidentifikasi status kredit nasabah.

  • Lancar (ini berarti nasabah atau debitur tidak pernah menunggak dalam membayar angsuran/tagihan dan debitur selalu membayar tepat waktu)
  • Dalam Perhatian Khusus (DPK), ini berarti nasabah atau debitur menunggak pembayaran angsuran atau utang dari 1-90 hari.
  • Kredit Kurang Lancar, ini berarti nasabah atau debitur menunggak pembayaran angsuran atau utang dari 91-120 hari.
  • Diragukan, ini berarti nasabah atau debitur menunggak pembayaran angsuran atau utang dari 121-180 hari.
  • Macet, ini berarti nasabah atau debitur menunggak pembayaran angsuran atau utang lebih dari 180 hari.

Kalau kamu pernah mencoba mengajukan kredit ke sebuah bank dan tiba-tiba ditolak dengan alasan yang tidak jelas, bisa jadi kamu memiliki status histori kredit kurang lancar hingga macet. Status histori tadi memengaruhi credit scoring apakah bank akan mengabulkan kredit yang diajukan oleh nasabah atau tidak. Masing-masing bank memiliki standar yang berbeda-beda.

Mengenal Konsep Open Finance yang Dikembangkan Finantier

Finantier

Beberapa tahun silam, saat mengikuti rapat working group antara bank dengan OJK, ada wacana ke depan pengelolaan Informasi Debitur (Ideb) akan dilempar ke pihak swasta. Selama ini pengelolaan informasi debitur (SLIK OJK) yang dikelola oleh OJK dinilai masih banyak kekurangan.

Sebagai pengguna data tersebut, saya sendiri memang merasakan kelemahan sistem SLIK OJK yang dikelola OJK. Mulai dari sumber data yang hanya berasal dari industri keuangan saja, sumber data primer dari bank/lembaga keuangan lain yang tidak lengkap, penyalahgunaan dan penjualan data yang dilakukan oleh oknum perbankan, hingga beban yang terpusat dan harus ditanggung OJK sendiri, yang akhirnya menjadi sorotan utama OJK dalam working group tersebut.

Karenanya, OJK memunculkan wacana agar pengelolaan data keuangan tersebut dilempar ke pihak swasta. Wacana tersebut membuka peluang bagi swasta untuk mengambil peran dalam pengelolaan data keuangan secara terbuka dan terintegrasi (open finance), agar output yang dihasilkan lebih komprehensif dan profesional, sehingga hasilnya bisa dinikmati semua pihak.

Kini, swasta telah mengambil peran. Salah satunya Finantier yang sudah berhasil mengembangkan sistem Open Finance. Finantier sendiri merupakan perusahaan rintisan atau startup yang berfokus pada pengembang layanan open finance, memungkinkan perusahaan finansial menggunakan sambungan API (Application Programming Interface) untuk menyederhanakan beragam proses. Sementara, Open Finance sendiri bisa diartikan pertukaran data keuangan konsumen yang disetujui dan diamankan antara lembaga keuangan, agar menjadi satu output.

Bahasa sederhananya, semua data keuangan konsumen dikumpulkan menjadi satu kemudian diolah, sehingga menghasilkan output yang bisa dinikmati semua pihak. Salah satu contoh outputnya adalah credit scoring bagi dunia perbankan. Tentunya, ini patut diapresiasi karena dengan pengelolaan data yang lebih profesional, hasil outputnya lebih maksimal. Intinya, Finantier ini sebagai ‘penyambung lidah’ antara konsumen industri keuangan dan seluruh stakeholder dalam penyediaan analisis data keuangan.

Saya tidak mengatakan pengelolaan data SLIK OJK atau Ideb yang selama ini dilakukan OJK tidak profesional, hanya saja kurang komprehensif dan hanya bisa diakses oleh industri keuangan saja. Nasabah atau konsumen belum teredukasi dengan sistem informasi debitur yang dikelola secara tertutup. Ini yang menyebabkan mereka abai dengan histori keuangan mereka di lembaga keuangan. Sebenarnya, nasabah bisa mengetahui histori keuangan mereka yang tercatat di lembaga keuangan, dengan meminta langsung ke OJK. Sayangnya, sampai saat ini kurang adanya sosialisasi.

Dengan sistem open finance yang lebih transparan, membuat nasabah atau konsumen bisa lebih berhati-hati dalam pengelolaan data keuangan. Hal ini memungkinkan data pribadi kita diproses dengan cara yang menguntungkan.

Manfaat Open Finance Finantier untuk Semua Pihak

Finantier

Saat saya tau ada pihak swasta yang mampu mengolah data keuangan konsumen seperti Finantier dengan sistem open finance, saya merasa optimistis, banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh berbagai pihak. Baik untuk perbankan maupun lembaga keuangan nonbank seperti fintek, koperasi simpan pinjam, perusahaan modal ventura, leasing, perusahaan asuransi, dan industri keuangan lainnya yang sangat membutuhkan data keuangan dari calon nasabahnya secara komprehensif.

Selain itu, open finance juga sangat menguntungkan konsumen, nasabah, atau pelaku UMKM terutama yang tidak bankable. Contoh sederhananya seperti ini: Pak ABC memiliki usaha agrobisnis di kampung yang aksesnya jauh dari kota. Usahanya sangat maju. Pak ABC tidak bisa mengandalkan bank karena aksesnya terlalu jauh dari kampungnya. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan usahanya, Pak ABC mengandalkan internet untuk bertransaksi. Ia menjual dan membeli kebutuhan usahanya dengan menggunakan jasa loka pasar (market place).

Dari sisi bisnis, unit usaha yang dikelola Pak ABC sangat bagus dengan perputaran (turn over) yang sangat lancar. Untuk mengembangkan usahanya, Pak ABC membutuhkan tambahan modal dan harus meminjamnya dari bank. Sayangnya, selain akses yang jauh, Pak ABC juga tidak memiliki agunan yang layak untuk dijaminkan ke bank. Dari sisi bisnis, usaha Pak ABC sangat bankable dan layak untuk dibiayai, tapi terkendala dengan agunan dan akses ke perbankan.

Karenanya, dengan adanya data transaksi yang dikumpulkan dan dikelola oleh sistem open finance, seperti Finantier, sangat membantu Pak ABC sebagai calon nasabah untuk mendapatkan pembiayaan atau kredit dari bank. Dari data open finance yang dikumpulkan melalui transaksi online dan dikelola secara profesional oleh Finantier, Pak ABC bisa memperoleh credit scoring/penilaian kredit yang sangat layak untuk diberikan pembiayaan atau kredit dari bank. Tentunya, ini sangat membantu Pak ABC.

Bank sebagai pemberi pembiayaan atau kreditur sangat terbantu dengan analisis credit scoring yang dikelola dan disediakan secara open source oleh Finantier. Kedua pihak sama-sama diuntungkan dengan sistem open finance seperti ini.

Laporan credit scoring sebagai salah satu output dari open finance juga bisa digunakan oleh industri keuangan lainnya seperti koperasi untuk memberikan pinjaman. Maklum, selama ini koperasi hanya mengandalkan analisis kredit/pinjaman dari internalnya. Dengan adanya output dari open finance, koperasi bisa meminimalisir risiko kredit/pinjaman.

Di sisi lain, keamanan data konsumen yang dikelola Finantier ini akan lebih terjamin dan sumber data menjadi lebih lengkap dibandingkan SLIK OJK yang dimiliki OJK, karena berasal dari berbagai pihak dan terintegrasi menjadi satu. Sumber data bisa dikumpulkan dari transaksi digital yang dilaporkan oleh konsumen sendiri secara mandiri, maupun dari pihak lain yang sudah bekerja sama dengan Finantier.

Dengan banyaknya laporan transaksi keuangan yang terpusat menjadi satu output, analisis data dan pengambilan keputusan akan lebih optimal untuk memitigasi risiko. Apalagi, dengan meningkatnya produk keuangan digital seperti e-money, e-wallet, dan beragam jenis transaksi yang dikelola market place seperti  ShopeePay, GoPay, Paylater, serta munculnya ratusan fintek. Traffic dan histori konsumen yang terintegrasi menjadi satu dengan sistem open finance, akan memberikan banyak manfaat bagi konsumen. Kehadiran Finantier menjadi solusi untuk semua pihak.

Dunia perbankan bisa lebih longgar dalam menganalisis dan memberikan kredit dengan membaca data yang lebih lengkap dari calon nasabahnya melalui sistem open finance yang dikembangkan Finantier. Tidak terpaku dari satu sumber seperti Ideb yang dimiliki OJK.

Dengan demikian, Finantier berperan banyak dalam mendorong inklusi keuangan dengan memberikan layanan akses keuangan bagi masyarakat di daerah.

Ragam Keunggulan Open Finance yang Dikembangkan Finantier

Finantier

Sebagai salah satu penyedia jasa  open finance, Finantier memiliki beragam keunggulan. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Finantier selalu melakukan verifikasi identitas melalui data yang dimasukkan pengguna/konsumen atau data bank yang sudah dimiliki. Sebagai bukti profesionalitas, Finantier selalu melakukan verifikasi data yang masuk sebelum diolah menjadi output yang terintegrasi. Verifikasi ini sangat penting untuk mendeteksi suatu transaksi digital sah atau tidak.
  • Finantier membantu bisnis mengelola data mentah dengan machine learning. Pemanfaatan machine learning menjadi keharusan yang membuat data output lebih akurat dan mencegah serta  meminimalisir fraud/kecurangan.
  • Finantier menghadirkan fitur untuk mengakomodasi pembayaran yang dilakukan rutin atau langganan.

Pengembangan layanan ini sangat membantu dan mempermudah konsumen untuk melakukan beragam transaksi digital secara rutin, tanpa harus repot dan takut lupa untuk melakukan pembayaran atau transaksi rutin. Semacam one stop service.

Nah, bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kamu sudah mencoba memaksimalkan laporan dan transaksi keuanganmu agar bisa mendapatkan benefit yang maksimal? Kalau belum, coba kenali dulu Finantier dan berikan opinimu di kolom komentar, ya.

Selamat bergabung dengan Finantier!

Finantier
0 Shares
18 comments
  1. aku kurang ngerti deh ini tuh produk apa tadinya
    tapi pembahasannya cukup ringan dan sederhana jadi aku lumayan paham 🙂
    jadi makin tau sekarang data apapun di pusatkan juga yaa jadi mau pinjam kemana mana juga sudah ada data history kita juga..makin canggih

  2. Inklusi keuangan memang kudu digalakkan ya Kak.
    Supaya makin banyak lapisan masyarakat yg bsa memanfaatkan aneka produk keuangan digital.
    Keren nih, kontesnya
    terwajib buat ikutan!

  3. Saya masih haru belajar banyak tentang Finantier ini tapi saya tertarik dengan kemungkinan mudahnya orang mendapatkan credit scoring dengan Finantier, seperti ilustrasi Pak ABC di atas.

  4. Ulasan yang lengkap dan informatif. Jadi dengan keberadaan open finance semacam Finantier akan menguntungkan bagi perbankan maupun lembaga non bank. Tak itu saja Finantier berperan banyak dalam mendorong inklusi keuangan dengan memberikan layanan akses keuangan bagi masyarakat di daerah. Saya jadi bertambah wawasan membaca artikel ini

  5. Dari dulu sudah paham perkara histori pinjaman kita. pernah kredit motor abis itu ditawarin terus sampe sekarang, padahal sudah bertahun-tahun lalu lunasnya. Memang harus punya catatan bersih supaya mudah mengajukan pinjaman, tapi kalo gak penting2 amat mending gak usah minjem sih menurutku

  6. Sepertinya saya harus banyak belajara lagi nih soal konsep open finansial. Terima kasih mas achi sudah mau berbagi lewat tulisan ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like