Kali ini saya mau sharing tentang pengalaman traveling ke Bali dan menginap beberapa hari di Sovereign Hotel. Pertama kali ke Bali sebenarnya sekitar sebelas tahun silam. Waktu itu, media sosial belum secanggih dan se-ngeheits sekarang. Nyari info apa aja, termasuk hotel di Bali pun, masih setengah manual alias ngeprint dulu semua jadwal itinerary dan semua jenis printilannya.
Meski sebenarnya zaman dulu internet sudah ada, tapi informasinya belum sebanyak dan segampang sekarang. Akhir tahun lalu, sebelum pindah kerja di tempat baru, saya sengaja menghabiskan sisa cuti buat traveling ke Bali. Nggak banyak yang pengin dikunjungi, hanya beberapa tempat yang emang dari dulu belum kesampaian. Salah satunya adalah Pura Lempuyang Luhur dan Desa Panglipuran.
Selebihnya, saya mau nyantai aja atau leyeh-leyeh di dalam hotel di Bali atau main di pantai. Nggak banyak itinerary pokok’e. Benar-benar mau menikmati Bali se-slow mungkin. Nggak kejar-tayang ke sana ke mari. Go show aja mau ke mana pas tiba di Bali.
Justru sebenarnya yang paling berkesan dalam trip ke Bali tahun lalu adalah drama-drama sebelum keberangkatan. Yang pertama adalah drama salah beli tiket pesawat. Iya, saya udah pernah mengalami drama kayak gini sebelumnya. Jadi ceritanya saya mau ambil flight Kamis malam Jumat jam 00.30. Itu artinya sudah masuk hari Jumat. Sementara untuk pemesanan hotel di Bali sudah aman.
Begitu tiket issued, saya baru ngeh kalau salah ambil jadwal Kamis jam 00.30. Artinya saya harus berangkat malam Kamis, bukan malam Jumat. Begonya lagi, saya baru ngeh dua hari sebelum keberangkatan. Untung masih ada tiket keberangkatan, jadi saya harus resechedule tiket sebelumnya tapi dengan harga lebih mahal. -_-
Udah gitu kan, saya juga yang mesenin tiket keberangkatan teman-teman. Jadi, mau nggak mau, saya juga harus tanggung jawab mengganti tiket mereka, meski sebenarnya mereka nggak masalah kalau harus bayar lagi, tapi saya tetap bertanggung jawab karena itu murni kesalahan saya. Human error, Broh!
Selesai dramanya? Belum, Bro!
Drama selanjutnya yang bikin ketar-ketir adalah kita semua berangkat jam sembilan malam. Tapi, jam enam sore masih pada di kantor masing-masing. Meeting point di Hotel Ambhara jam lima sore, tapi jam enam lewat baru pada nongol. Pada tau kan, ya, perjalanan dari hotel di daerah Jaksel ke Bandara Soetta ngeri-ngeri sedap. Jam pulang kantor yang semua jalur berwarna merah.
Begitu dapat taksi online, kita segera berdoa supaya nggak terlambat sampai bandara. Amsyiongnya, tol bandara warnanya merah semua. Saya jadi makin ketar-ketir. Sepanjang perjalanan kita semua berdoa supaya perjalanan lancar. Jam setengah delapan mobil benar-benar stuck di sekitar Rawa Bokor. Padahal jarak ke bandara tinggal seuprit lagi.
Nggak mau ambil risiko, akhirnya kita semua turun dan buru-buru nyegat motor kosong yang lewat tol menuju bandara. Alhamdulillah, akhirnya bisa check in dan boarding dengan selamat meski penuh drama.
Drama berlanjut sampai ke Bali
Iya, begitu mendarat di Bandara Ngurah Rai, drama belum usai. Waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam waktu setempat. Lebih cepat satu jam dibanding Jakarta. Malam itu, rencananya kami akan menginap di Sovereign Hotel di Bali, yang sudah dipesankan oleh teman kita melalui aplikasi Pegipegi. Dia sudah berada di Bali beberapa hari sebelumnya, karena ada pekerjaan di sana. Sewaktu dihubungi, ternyata nomornya nggak aktif.
Sekitar jam satu malam, handphonenya baru bisa dihubungi. Mata kami udah lengket, rasanya cuma pengin ketemu kasur dan menuju alam mimpi. Ternyata dia baru kelar meeting dan handphonenya sengaja tidak diaktifkan. Okelah, alhamdulillah drama berakhir.
Sekadar tips, buat kalian yang berencana ngetrip dan menginap di hotel di Bali, biar gampang dan nggak ribet, tinggal cari hotelnya lewat aplikasi Pegipegi. Sebelumnya saya juga pernah memesan hotel melalui Pegipegi saat traveling ke beberapa daerah di Jawa, harganya jauh lebih murah kalau dibandingin cari hotel on the spot.
Sebagai budget traveler, saya harus meminimalisir semua biaya, supaya pengeluaran seminimal mungkin, termasuk biaya menginap di hotel. Seringnya saya mencari hotel melalui internet, kemudian di halaman awal, di situ terdapat daftar tarif hotel yang murah meriah di situs pegipegi Makanya saya pakai aplikasi Pegipegi.
Sampai di hotel saya segera merem di kasur, sementara tiga teman saya hangout keluar. Saya udah nggak sanggup.
***
Nah, ke mana aja selama tiga hari liburan di Bali? Hotel di Bali yang dipakai nginep apa? Kalau nggak terlalu ngejar itinerary, kita bisa puas menikmati tiga lokasi berikut. Ini rekomendasinya:
Menginap di Sovereign Hotel
Jadi, selama di Bali saya dan teman-teman menginap di Sovereign Hotel. Seperti hotel-hotel di Bali pada umumnya. Tinggi bangunan hotel tidak melebihi aturan adat yang sudah disepakati. Hotelnya nyaman dengan kolam renang di bagian rooftop. Kamarnya luas dilengkapi dengan bathtub.
Boleh dibilang hotel ini enak buat staycation alias leyeh-leyeh. Spot favorit saya adalah kolam renang yang berada di bagian rooftop. Apalagi kalau mau renang pagi-pagi. Bisa sambil menikmati sunrise asal jangan kesiangan. Kelebihan kolam renang di rooftop enak buat menikmati sunrise maupun sunset. Tapi kalau kesiangan dikit udah panas.
Untuk makanannya juga lumayan enak. Pilihannya banyak, terutama sayur dan buah-buahan. Iya, saya emang doyan banget sayur dan buah.
Day #1 mengunjungi Desa Panglipuran
Sejak dinobatin sebagai salah satu desa adat terbersih di dunia, saya punya impian suatu saat bisa ke sana. Alhamdulillah, terlaksana dengan lancar. Desa ini berada di sekitar Bangli. Desa Penglipuran berasal dari akronim kata pengeling dan pura yang berarti mengingat tempat suci (para leluhur). Awalnya, masyarakat desa ini berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani, yang bermigrasi permanen karena suatu hal ke desa Kubu Bayung, yang kini menjadi desa Penglipuran.
Nah, di desa inilah mereka akhirnya menetap dan menjaga kearifan kebudayaan mereka. Kita di Panglipuran sore hari. Hawanya sejuk dan bersih banget. Rasanya kalau bisa nginep, saya pengin tinggal di sini beberapa hari. Apa daya, saya harus puas mengelilingi desa yang super cantik ini. Di dekat desa ini ada hutan bambu yang eksotis.
Day #2 Tirta Gangga
Tirta Gangga ini awalnya adalah taman pemandian bagi keluarga Kerajaan Karangasem. Cuacanya sejuk dan bersih banget. Tiga unsur yang menjadi daya tarik Tirta Gangga adalah kolam ikan, kebun, dan patung-patung yang menghiasi kolam. Sumber air Tirta Gangga ini berasal dari mata air Rejasa yang sangat bersih, jernih serta menyejukkan.
Desain kolamnya bener-bener etnik dan khas Bali. Terutama hiasan patung-patung di tengah kolam. Di salah satu sisinya terdapat pagoda air mancur. Kita bisa berjalan di atas kolam yang diberi batu pijakan sambil memberi makan ikan-ikan koi (atau ikan mas) saya kurang tau jenis ikannya. Air yang sangat dingin serta jernih ini bukan berasal dari mata air olahan, melainkan mata air alami yang disucikan oleh masyarakat sekitar juga digunakan sebagai tempat upacara keagamaan.
Day #3 Mengunjungi Pura Lempuyang Luhur
Sejujurnya, pura ini jaraknya sekitar tiga jam dari daerah Kuta. Lumayan jauh emang. Udah gitu harus sedikit trekking untuk bisa sampai ke sini. Sejak liat postingan pura di Instagram, saya langsung mbatin: suatu hari saya harus ke sana. Yang menjadi ikon pura ini adalah gerbang yang menghadap langsung ke arah Gunung Agung. Kalau diliat-liat seperti gateway to heaven.
Kalau diperhatiin foto-foto yang beredar di Instagram, hampir semuanya menunjukkan kalau di depan gerbang pura yang berlatar gunung ini, terdapat sebuah kolam yang memberikan efek pantulan seperti air. Aslinya mah, nggak ada. Itu hanya trik kamera yang diberi kaca. Jadi seolah-olah gerbangnya berada tepat di depan kolam dengan latar gunung. 😀
Harus sabar kalau mau foto di sini. Antriannya bisa sejam lebih. Di depan gerbang ada pura juga yang nggak kalah cantik. Setelah puas foto-foto di tengah gerbang, bisa langsung eksplore pura-pura di sekitarnya.
Nah, itu tadi tiga lokasi yang bisa disambangi buat short escape ke Bali. Ketiganya menjadi ikon di wilayahnya masing-masing. Happy traveling!